Sabtu, 19 April 2008

Gitaris Ritem !!!

Minggu lalu ketika sedang melakukan peliputan sebuah acara live untuk program tv, saya sempat Berbincang dengan salah satu gitaris dari band pengisi acara. perbincangan paling menarik pastilah seputar gitar dan tetek bengek-nya. Sampai akhirnya muncul pertanyaan saya yang di jawab, " ah saya, kan, cuma gitaris ritem mas, jadi apa yang saya pake sekarang kayaknya udah cukup..." Dan, jawaban itu juga dipaparkan dengan nada yang ditelinga saya terdengar seperti sangat merendah. Penekanannya ada pada Gitaris Ritem...

Menurut saya dalam sebuah band yg jelas2 beraliran rock dan sejenisnya,posisi gitaris ritem sangatlah penting dan sama sekali tidak tergantikan. karena sebuah komposisi musik rock di ibaratkan sebagai rumah, pattern2 ritem adlah tiang utamanya, mo contoh> Bayangkan Metalicca tanpa james hetfiled!!! Atau Megadeth tanpa Dave mustaine, Scorpions tanpa rudolf Schenker. Maka bayangkan sebuah komposisi musik cadas yang gagah itu bisa langsung sirna. Mudahnya lagi, Megadeath sekarang sudah berganti gitaris solo, tapi selama masih ada dave mustaine disana, Megadeth takkan banyak berubah. Bayangkan juga metallica, band ini sempat di tinggal James Hellfield ketika proses rekaman (cek DVD "some kind monster"). Proses rekaman pun terhenti dan menuggu James hetfiled coolling down dan mau memulai rekaman lagi. Intinya, peran seorang gitaris ritem sangat besar. Karena ritem beserta soundnya merupakan nyawa bagi sebuah komposisi musik, khususnya rock.

Dari sisi teknik permainan, Jangan pernah berfikir bahwa memainkan teknik ritem jauh lenih mudah daripada memaikan notasi solo. Kalau anda berfikir seperti itu, coba dengarkan lagu Master of pupet-nya Metallica, atau dengarkan lamb of god, killswitch, children of bodom, dan sebagainya. Semua tak bisa dengan mudah dimainkan. Contoh yg terlalu jauh dan kurang relevan ? Oke, kita kasih contoh band lokal Edane. Comot salah satu Edane yg mana saja dari album yg mana saja. Dengarkan pattern ritem Eet Syahranie disana. Sama tidak mudah BRO...

Secara sound dan equipment ? saya jadi ingat waktu melakukan peliputan ke backstage-nya Scorpion waktu konser di bandung dan jakarta. Ada pemandangan sangat ironis dan menarik menurut saya. Karena saya melihat langsung bagaimana kompleksnya sistem amplifikasi Rudolf Schenker yg notabene adalah Gitaris ritem. Sedangkan sistem Amplifikasi Mathias Jabs yang adalah gitaris Lead teryata tak serumit sang gitaris ritemnya.

Saya tidak berusaha 'Meminggirkan ' posisi gitaris lead dan meninggilkan kasta gitaris ritem. Karena sebenarnya, kasta keduanya sama. hanya, Presepsi kita selama ini saja yang sepertinya kurang lurus. Gitaris ritem Bukanlah gitaris lead yang gagal. Gitaris ritem adalah orang2 special yang memang di lahirkan untuk itu. dibekali dengan kebesaran jiwa dan talenta khusus, yang memandang sebuah lagu dari segi berbeda.

Seorang gitaris ritem yg baik adalah yang permainanbnya berakurasi tinggi dengan teknik picking yang powerfull, pemilihan sound yang tepat dan proporsional, setra grove yang memberi nyawa pada sebuah komposisi musik (khususnya Rock). Dengan gitaris ritem yang seperti ini, akan sangat mudah bagi gitaris lead untuk memainkan apa yang dia suka.

Inti dari semua ini, gitaris ritem juga memiliki tugas yg sama vitalnya dgn musisi lainnya di dalam band. Tak kalah penting dari pemain bass dan drum. juga sama pentingnya dengan gitaris lead maupun vokalis. Jadi, kalau anda adalah gitaris ritem , mari membuktikan bahwa Anda seseorang yg penting. Pelajari dan lakukan apapun yang di anggap perlu untuk membuat pola ritem anda ' didengar" dan 'dinikmati'. Anda perlu gitar2 yg sangat handal, sitem amplifikasi yg hebat dan sederet pendukung yg sangat prima.

Yakinlah bahwa Anda bermain ritem karena memang mencintainya. Bukan karena tak mampu memainkan solo. Berbesar hati dan Banggalah, karena posisi Anda layaknya posisi james hetfield di metallica. dan itu artinya, " TAK TERGANTIKAN ...!">>> (penulis Bayyin Nur;sumber artikel - protips audiopro)

Selasa, 15 April 2008

MENDEKATI PROMOTOR


Harus diakui, seluruh band di Indonesia hidup dari panggung. Tapi, bagaimana mendapat pemasukan dari jalur ini kalau kita tidak bisa mendekati promotor? Begini caranya!

1. Coba cari list promotor atau CEO sebanyak mungkin di kota asalmu. Langsung kirimkan demo atau album dengan kemasan terbaik pada mereka, dan jangan lupa lengkapi dengan biodata dan foto.

2. Seru juga kalau dilengkapi dengan rekaman aksi panggung berupa VCD maupun DVD. Tentunya yang kualitasnya nggak jelek-jelek amat.

3. Coba undang promotor ke event dimana kita ikut serta sebagai performer. Biar mereka bisa mendapatkan lebih banyak gambaran soal band kita.

4. Kalau susah dapat promotor buat konser kecil, rajin-rajin ikut festival. Percaya deh, banyak promotor yang mencari performer lewat jalur ini.

5. Kalau dapat tawaran, jangan lantas pasang harga tinggi. Coba tempatkan band kita pada step yang sepantasnya. Ingat, pengalaman manggung membawa kita menjadi band yang lebih baik di masa depan.

6. Saat ditonton promotor jangan grogi. Cuek saja. Toh, bukan hanya mereka yang akan memberi pekerjaan pada kita.

7. Jangan terlalu menjilat. Meski banyak yang suka dijilat, tapi ada waktunya mereka ingin melihat kita bersikap tulus.


Sabtu, 12 April 2008

Tips Menjaga Vokal


kiat menjaga suara agar tetap tampil prima saat Tour kelak...

1.Tidur yang cukup adalah hal wajib untuk seorang vokalis. Selama di tur biasanya ia menghabiskan 4 sampai 6 jam buat tidur. Jangan sampe di panggung stamina loe kepayahan karena kurang tidur.

2. Perbanyak minum air putih. Yang tak kalah penting adalah menjaga jumlah cairan di dalam tubuh. karna, cairan tubuh itu penting agar vokal tetap terjaga.

3. Intinya adalah banyak-banyak makan selama tur untuk mendukung stamina yang sudah ditunjang oleh poin pertama, dan bila jenis makanan tertentu mempengaruhi kualitas vokal, sebaiknya langsung dihentikan. Banyak vokalis yang bermasalah dengan makanan yang banyak mengandung minyak.

4. Pergunakanlah waktu seefisien mungkin. Jangan memanfaatkan waktu senggang dengan dengan hal yang gak penting yang dapat menyebabkan kualitas vokal terganggu. Contohnya, kalo loe suka nonton bola, gausah ikutan teriak-teriak sampe serak sambil ngemil makanan yang bikin suara loe makin amblas.

Rabu, 02 April 2008

BIKIN LAGU YANG SERU PASTINYA !!!


1. Sebelum membuat lagu, coba dengarkan musik sebanyak-banyaknya. Dengan begitu, kita akan memiliki banyak referensi untuk modal membuat lagu sendiri.

2. Coba jujur dalam berkarya. Bikinlah lagu yang sesuai dengan selera. Karena, saat membuat lagu yang memang kita sukai, biasanya ide akan lebih cepat mengalir.

3. Jangan malu untuk mengacu pada karya yang ada. Bukan berarti kita jadi plagiator, lho! Toh mengacu tidak sama dengan menjiplak. Hanya mempermudah kita memulai, sampai kita menemukan gaya menulis lagu kita sendiri.

4. Jangan membuat lagu yang berat. Coba buat lagu yang gampang dinyanyikan dan gampang dimainkan. Biar lebih banyak orang yang bisa menerima lagu kita.

5. Perhatikan lirik! Nggak bisa dipungkiri kalo lirik mempunyai kekuatan tersendiri dalam sebuah lagu. Lirik yang bertemakan cinta memang sangan menjual, tapi harus disesuaikan juga dengan warna musik. Cobalah buat lirik yang simpel dan menarik. Boleh juga agak sedikit nakal. Dengan lirik yang sederhana tapi nakal itu, mungkin masyarakat luas lebih bisa menerima.

BAGUS DAN JELEK

1. Jangan sekali-kali mengartikan lagu bagus itu sebagai lagu yang dipenuhi berbagai instrumen. Cuma dengan gitar pun lagu bisa terdengar bagus. Ingat, bagus bukan berarti rame. Bukan juga berarti juga kaya bunyi.

2. Jangan takut mendengar kritikan orang pada lagu kita. Kritikan itu justru bisa dijadikan modal untuk membuat lagu bagus di masa mendatang.

BIKIN DEMO YANG MENARIK,MENARIK & LEBIH MENARIK


1. Pilih lagu yang dinilai bisa menggambarkan karakter dan imej band. Karena karakter dan imej amat penting di mata perusahaan rekaman.

2. Coba bikin aransemen yang sederhana namun memikat. Jangan terlalu "wah" dan berteknologi tinggi. Karena akan menutupi keindahan alami lagu.

3. Pastikan, ada satu bagian dari keseluruhan badan lagu yang menarik dan membuat orang jatuh hati. Entah itu intro, song maupun reff.

4. Rekamlah lagu dengan layak. Tidak perlu mencari studio yang mahal. Tidak perlu juga merekam dengan sistem track. It’s okay merekam live, dengan catatan hasilnya rapih dan tidak mengganggu syaraf pendengaran.

5. Jangan lupa sertakan lirik. Karena, lirik dinilai cuku tinggi oleh tim A&R yang mendengarkan demo kita.

BIAR PERJALANAN DEMO MAKIN MULUS

1. Siapkan packaging yang menarik. Dengan packaging yang catchy dan menarik, bisa membuat A&R tertarik mengambil dan mendengarkan demo kita.

2. Sertakan foto, kontak, biodata dan segala hal yang berhubungan dengan informasi band kita. Maksudnya, biar A&R nggak kerepotan cari tau info soal band kita kalau ternyata dia benar-benar tertarik dengan musik yang kita buat.

Strategi Major Label membunuh artisnya


Teman-teman sesama musisi atau pelaku seni sekalian, saat ini kita sudah sampai di era baru industri musik.Era dimana label rekaman melancarkan strategi terkejam dalam sejarah industri musik di tanahair: Menguasai artis dengan jalan mengelola karir mereka. Istilah populernya mereka melakukan ekspansi bisnis dengan cara membuka divisi Manajemen Artis di label rekaman.


Gue adalah salah seorang yang nggak setuju dengan berdirinya manajemen artis dalam sebuah label rekaman. Gue punya argumentasi yang kuat untuk ini. Label rekaman itu INKOMPETEN untuk urusan manajemen artis dan nantinya gue yakin malah bakal merusak tatanan industri musik yang selama ini otonom dari tiga belah pihak terkait (artis, manajemen, label).


Bisnis utama label rekaman adalah jualan kaset, CD, RBT, dsb. Semua yang berhubungan dengan rekaman musik. Dari nama saja sudah jelas: Perusahaan Rekaman! Akhirnya ketika mereka membuka divisi baru (Artis Manajemen) gampang ditebak kalo kerepotan dan berbagai kebodohan dalam urusan manajerial artis bakal terjadi di sana. Mulai dari SDM yang mereka miliki butut hingga praktek-praktek jualan band yang obscure. Karena mereka masih "belajar" maka jangan cari profesionalisme manajemen artis di dalam major label :)


Conflict of interest tingkat tinggi juga bakal terjadi di dalam band ketika manajernya bingung harus membela kepentingan yang mana nantinya (artis atau label?). Secara manajer lama kemungkinan besar bakal ”digaji” oleh label dan nanti hanya akan menjadi sub-ordinat dari manajemen baru.


Gara-gara pembajakan musik yang makin gokil (bahkan konon direstui negara) dan menurun drastisnya penjualan album fisikal, akhirnya mereka mengambil jalan pintas mendirikan manajemen artis yang ujungnya lagi-lagi merugikan artis nantinya. Label bukannya bersatu memerangi pembajakan namun malah berkomplot untuk mengeksploitasi artis habis-habisan agar mereka bisa terhindar dari kebangkrutan.


Biarkan artis yang bangkrut, tapi jangan labelnya! Kira-kira kasarnya begitu. Sekali lagi artis adalah obyek penderita nomor satu nantinya.


Setelah kecilnya nilai royalti mekanikal di Indonesia, statistik penjualan album yang manipulatif, dilarangnya artis bergabung dengan KCI oleh ASIRI (atau diminta keluar dari KCI jika telah bergabung) maka penindasan terhadap artis akan datang lebih kejam lagi nantinya. Detailnya kira-kira seperti di bawah ini.


Ini prediksi yang bakal terjadi di masa depan dengan ”artis-artis baru” yang kontrak dengan major label yang memiliki divisi manajemen artis:


- Masa depan karir band baru akan tergantung dari label rekaman, bukan berada di tangan manajemen lama atau artisnya sendiri.


- Tumpulnya peran dan kontrol manajemen artis yang lama dalam membela kepentingan-kepentingan artis. Manajemen lama akan menjadi sub-ordinat dari label dan kemudian hanya berfungsi sebagai baby-sitting artis. Semua fungsi kontrol dan decision making artis akan terpusat kepada label sebagai investor. Manajer lama tidak punya hak karena mereka tidak invest apapun. Kemungkinan besar mereka akan disingkirkan dengan jalan "pembusukan". Mempengaruhi artis dengan iming-iming kesuksesan di industri musik.


- Kontrol yang sangat ketat dalam proses kreatif dan menciptakan musik berakibat hilangnya idealisme artistik & estetis karena artis hanya akan diperbolehkan menciptakan musik-musik yang tengah disukai oleh pasar yang tidak cerdas. Sejuta band mirip Kangen Band diprediksi akan membajir di industri musik kita :)


- Berkurang secara signifikannya pemasukan bagi artis karena mereka harus share profit selain dari royalti mechanical, live show, merchandise, touring, advertising, publishing dan sebagainya. Hal yang belum pernah terjadi sebelumya. It's a very big, big, big LOSS, ladies & gentleman!


- Buruknya lagi, kalau artis baru nanti terlalu blo'on, maka tingkat eksploitasi akan diperkejam lagi hingga nama band dipatenkan oleh label, internal band akan dikontrol langsung pihak label, penggelapan royalty, sales report yang culas hingga berlakunya sistem bodoh dengan label menggaji para artis. Jika selama ini kita memandang artis sebagai seniman dengan talenta yang tidak ternilai maka selanjutnya kita akan dipaksa memposisikan artis tak lebih dari "kuli musikal."


Strategi ”mega-eksploitatif” ini memang hanya diberlakukan bagi band-band baru yang ditawarkan kontrak rekaman oleh major record company. Contoh paling konkret misalnya terjadi pada Nidji, Letto (Musica), The Changcuters, St. Loco, Vagetoz (SonyBMG Indonesia), Kangen Band (Warner), Tahta (EMI), dsb. Semuanya memang memiliki deal-deal yang berbeda satu sama lain. Maksudnya tingkat eksploitasinya berbeda-beda. Ada yang parah dan ada yang parah banget. Gue sempat mendengar ada satu band yang dipotong komisinya sebesar 45% (gross) setelah join dengan manajemen artis major label.


Band baru yang hadir dengan strategi yang brilyan dan sangat berhasil di awal karirnya adalah Samsons yang melakukan master licensing deal dengan Universal Music Indonesia. Mereka membiayai sendiri produksi rekaman dan kemudian menjalin kerjasama promosi & distribusi dengan major label selanjutnya. Ke depannya deal seperti ini nantinya akan menjadi ”favorit” para manajer artis (tentu bila mampu).


Pastinya, label rekaman tidak akan menawarkan strategi keji ini kepada band-band lawas/senior karena bargaining position mereka sudah sangat kuat. Selain brand mereka sudah dikenal luas, pengalaman dan pengetahuan bisnis musik yang sangat memadai, fanbase yang kuat juga sangat berpengaruh terhadap positioning mereka di industri musik. Label sendiri kadangkala melihat artis-artis lawas sebagai ”uzur,” ”grace period” atau sudah rendah ”selling point”nya.


Itulah kenapa akhirnya label rekaman besar hanya akan memburu band-band/artis baru yang masih hijau, yang minim pengetahuan bisnis musiknya dan belum paham peta/konstalasi industri musik lokal. Selain bakal gampang dibodohi dengan kontrak yang sangat eksploitatif mereka juga akan dipengaruhi iming-iming "fame & fortune" di industri musik. Padahal belum tentu bakal "booming" juga :)


Jika Anda saat ini berada di sebuah band baru dan ditawarkan kontrak rekaman dari major label maka jangan terburu-buru tergiur dulu! Imej bergengsi major label tidak akan banyak memberi keuntungan. Yang terpenting adalah deal-nya, bukan masalah major atau indie label-nya. Pelajari dulu dengan seksama kontraknya, undang pengacara kenalan Anda untuk membedahnya, konsultasi dengan band-band lain yang sudah berpengalaman.


Sudah banyak kasus terjadi sebelumnya. Band-band baru menandatangani kontrak rekaman jangka panjang dengan major label dan akhirnya menyesal. Ketika bandnya booming dan banyak menerima job manggung beberapa ada yang melakukan ”resistensi” konyol dengan tidak menyetorkan komisi kepada label sesuai perjanjian. Menjadi konyol karena setelah kontrak rekaman itu ditandatangani maka konsekuensi-konsekuensi di belakangnya seharusnya sudah kita tahu sejak awal. Oleh karena itu jangan ikut mengantri di barisan kebodohan. Empowered yourself!


Cara kerja label juga akan lebih mirip jarum suntik nantinya. Sekali pakai langsung buang, disposable. Artis-artis baru tidak akan ada yang didevelop untuk panjang umur karirnya, mereka hanya akan disupport demi "popularitas maksimal dua atau tiga album saja!" Setelah booming besar dan untung besar, siap-siap menuju ladang pembantaian. Setelah dibantai maka dicari lagi talenta baru. Kalau kita jeli fenomena seperti ini sebenarnya telah terjadi sekarang ini di Indonesia.


Label besar sejatinya nanti hanya akan menjadi pusat manufaktur band! :) Kita tidak akan menemukan lagi band-band awet populer seperti Slank, Gigi, Netral, Dewa19, Naif di masa depan nantinya. Semuanya hanya akan "easy come, easy go!"


Tapi kalo ada yang bilang label membuka manajemen artis bakal membunuh pula profesi manajer artis individual/otonom, gue sama sekali nggak setuju. Gue justru nggak melihat kalau manajer-manajer artis yang independen itu bakal tergusur atau kehilangan pekerjaan. Ini analisa yang terlalu sembrono. It's not the end of the world as we know it :) Negara ini punya lebih dari 200 juta penduduk. Yang pengen jadi artis, bikin band dan gilpop (gila popularitas) setiap harinya pasti bertambah ribuan. Justru segudang talenta ini menjadi market yang sangat potensial bagi manajer-manajer artis untuk dikelola.


Manajemen artis yang individual atau berbentuk firma masih akan sangat dibutuhkan dan berperan penting di sini nantinya. Perkembangan teknologi yang gokil belakangan masih menjanjikan masa depan yang cerah buat band-band yang tidak dikontrak major label lokal/internasional a.k.a indie. Hadirnya MySpace, YouTube, Multiply, Friendster, Ning dan perangkat musik digital lainnya sangat memungkinkan untuk mencetak artis besar via jalur alternatif. The Upstairs sendiri udah membuktikan hal ini sebelumnya.


Apalagi tren terbaru di Amrik dan Inggris sekarang rata-rata artis bernama besar malas memperpanjang kontrak rekaman mereka dan memilih hengkang dari major label. Prince, Madonna, Radiohead, NIN adalah para pelopor ”gerakan kembali ke indie” ini. Mereka justru mempercayakan manajemen artis mereka yang independen untuk berfungsi pula sebagai "label rekaman". Cepat atau lambat gue pikir band-band besar di Indonesia akan mengambil langkah yang sama nantinya. Slank, Naif dan Netral malah sudah membuktikannya..... dan mereka cukup berhasil! Salute!


Masih adakah jalan lain? Ada banget! Di dalam negeri sendiri sudah ada yang mempelopori ”penggratisan musik.” Album rekaman kini telah berubah fungsi menjadi sebuah ”marketing tool” untuk menjaring job manggung. Mungkin inilah masa dimana musisi tidak lagi memikirkan royalti rekaman! Bisa jadi kalau teknologi kloning nanti sudah semakin sempurna maka ini berarti ancaman besar! :)


Koil menjadi pionir dengan menjalin kerjasama dengan majalah musik untuk mendistribusikan album terbarunya (Blacklight Shines On) secara gratis. Selain itu mereka juga memberi akses download album gratis via website/mailing list musik. Ide Koil ini memang tergolong baru walau sebenarnya tidak original juga. Prince bulan Juni lalu lebih dulu mengedarkan 3 juta keping album terbarunya secara gratis via Tabloid Sun di Inggris.


Memang perlu dipelajari lebih lanjut lagi apakah strategi ”penggratisan musik” ini nantinya bakal merugikan atau malah menguntungkan. Yang pasti band-band baru tidak akan memiliki ”keistimewaan” seperti Koil jika mau mengambil strategi serupa.



Yang menarik lagi, sempat ada pertanyaan di bawah ini yang datang ke saya ketika jadi pembicara di sebuah seminar musik di kampus UI beberapa waktu lalu:


Bagaimana dengan marak terjadinya kasus manager-manager artis individual/otonom yang tidak profesional atau bermasalah? Katakan saja menipu artisnya, melakukan penggelapan keuangan, dsb.


Nah, untuk point di atas sebenernya gue jamin nggak akan terjadi lagi kalau di dalam manajemen artis kita sudah DITERTIBKAN secara organisasi dan administrasinya. Mari kita lihat apakah kita sudah memiliki kontrak tertulis antara manajemen dengan artis yang mengatur kerjasama profesional ini? Apakah peran, hak & kewajiban masing-masing pihak sudah di jabarkan secara rinci? Pemisahan fungsi manajemen sudah diberlakukan? Apakah antar personel band kita sudah memiliki kontrak internal pula? Kalo semua konsolidasi internal ini beres gue jamin masalah-masalah di atas nggak bakal terulang lagi di masa depan.


Oke, sementara begitu aja pandangan gue tentang isyu ini. Memang tulisan ini nggak akan mengubah strategi major label untuk tidak membuka divisi manajemen artis di dalam perusahaan mereka, toh semuanya jadi keputusan bisnis mereka juga. It’s their damn business afterall :) Lagipula masih ada juga major label yang tidak memberlakukan strategi dagang ini (paling tidak sementara ini), misalnya seperti Aquarius Musikindo, Universal Music Indonesia.


Yah, minimal kita bisa mencegah regenerasi kebodohan dan berlanjutnya proses pembodohan seperti ini sekarang juga.


Hope we could make real changes together.

Fan Box - Facebook

Aldy Rock on Facebook

banner

ar banner

AldyrocK MUSIC COMING SOON!!!!

AldyrocKQuantcast

Pengunjung Blog Duma

JAM BERAPA SEKARANG ???

Tinggalkan Pesan kalian ok !!!


SILAHKAN BERI COMMENT ^O^
visitor online.

Hello My Friends !!!

Hello My Friends !!!